Di sebuah desa yang damai, hiduplah seorang pemuda bernama Rana. Ia tinggal bersama ayah dan ibunya di pinggir sungai besar. Ayahnya seorang petani, sedangkan ibunya berjualan sayur di pasar setiap pagi.
Namun,
berbeda dengan kedua orang tuanya yang rajin bekerja, Rana sangat
malas.
Setiap hari ia hanya tidur, makan, dan berbaring di bawah pohon mangga
di halaman rumahnya.
“Rana,
tolong bantu Ibu menimba air, ya,” pinta ibunya suatu pagi.
“Ah, nanti saja, Bu. Aku masih mengantuk,” jawab Rana sambil menguap lebar.
“Raka,
ikut Ayah ke ladang, bantu mencabut rumput,” ajak ayahnya sore itu.
“Tidak mau, Yah. Panas sekali di luar. Lebih baik aku tidur saja,” katanya
sambil menggaruk kepala.
Setiap
hari seperti itu terus.
Ia tidak
pernah membantu, bahkan sering menghabiskan makanan yang
seharusnya disimpan untuk makan malam.
Suatu
hari, datanglah seorang nenek tua yang kehausan ke rumah
mereka.
Ia meminta segelas air kepada Rana yang sedang duduk di depan rumah sambil
mengunyah pisang goreng.
“Nak,
bolehkah Nenek minta sedikit air? Nenek sudah berjalan jauh,” kata nenek itu
lembut.
Rana
malah mendengus dan menjawab ketus,
“Air ada
di sumur, ambil sendiri saja. Aku malas jalan ke sana!”
Nenek
itu memandang Rana dengan tatapan kecewa.
Lalu berkata dengan suara pelan namun tegas,
“Raka,
kalau kau terus malas dan tidak mau menolong siapa pun, suatu hari nanti kau
akan menyesal. Dunia tidak diciptakan hanya untuk tidur dan makan.”
Rana
hanya tertawa keras.
“Hahaha!
Aku tidak peduli! Yang penting aku kenyang!”
Nenek
itu menghela napas panjang, lalu mengangkat tongkatnya ke langit.
Seketika angin berputar kencang, dan tubuh Rana terasa berat dan
panas. Ia berteriak ketakutan.
“Apa
yang terjadi padaku?!”
Tubuhnya
membesar, kulitnya berubah menjadi abu-abu tebal, dan kakinya menjadi pendek
dan gemuk.
Dalam sekejap, Rana telah berubah menjadi seekor kuda nil besar!
Ia
berusaha berbicara, tapi yang keluar hanyalah suara,
“Ngroooohh...
ngroooohh!”
Ia
mencoba berlari, tapi malah jatuh ke sungai.
Kini, setiap kali lapar, ia hanya bisa memakan rumput dan daun-daunan di tepi air.
Sang
nenek berkata pelan,
“Kini
kau tahu rasanya menjadi makhluk yang hanya makan dan tidur tanpa pernah
membantu siapa pun. Belajarlah, Rana. Jika hatimu berubah, kutukanmu akan
sirna.”
Sejak
hari itu, Rana si kuda nil hidup di sungai.
Ia sering menolong hewan-hewan kecil menyeberang, dan membantu burung yang
jatuh dari sarang.
Lama-kelamaan, hatinya menjadi lembut dan penuh kasih.
Suatu pagi,
ketika ia menyelamatkan seekor anak rusa yang hampir tenggelam, tubuhnya
bersinar terang dan perlahan berubah kembali menjadi manusia.
Dengan
air mata menetes, Rana bersujud di tepi sungai dan berjanji,
“Aku
tidak akan pernah malas lagi. Aku akan bekerja dan membantu orang tuaku dengan
sepenuh hati.”
Sejak
saat itu, Rana menjadi pemuda paling rajin di desanya.
Ia membantu siapa pun tanpa diminta, dan hidupnya pun menjadi penuh
kebahagiaan.
Posting Komentar untuk "Si Pemalas Berubah Menjadi Kuda Nil"