Di sebuah padang sabana yang tenang dan menghijau, hiduplah seekor kelinci bernama Dibo.
Bulu Dibo putih bersih seperti kapas, matanya bulat lucu, dan semua hewan di
hutan menyukainya—setidaknya sebelum Dibo menjadi kelinci
yang rakus.
Setiap musim
panen wortel, kubis, dan jagung, para hewan di hutan bekerja bersama-sama
mengumpulkan makanan untuk persediaan musim hujan. Mereka menyimpannya di
gudang hutan, tempat semua hewan boleh mengambil secukupnya.
Namun, Dibo
berbeda.
“Kenapa aku
harus berbagi dengan mereka? Aku yang paling suka wortel, jadi aku harus punya
lebih banyak!” pikirnya dengan licik.
Setiap malam,
ketika teman-temannya sudah tidur, Dibo menyelinap diam-diam ke gudang.
Ia mengambil banyak wortel dan kubis, lalu menyimpannya di lubang rumahnya.
Hari demi
hari, tumpukan makanan di lubang Dibo semakin tinggi,
sementara persediaan di gudang hutan semakin menipis.
Suatu malam, Dibo
tak bisa menahan diri lagi.
Ia melihat masih ada beberapa wortel segar di gudang.
Dengan perut yang sudah kenyang, ia tetap nekat mencuri lagi.
“Hihihi...
hanya satu lagi,” gumamnya.
Tapi ia mengambil bukan satu, melainkan lima wortel besar!
Sesampainya di
rumah, ia langsung melahap semuanya.
Namun tiba-tiba perutnya berbunyi keras,
“Kruuukkk...
grooookkk... aaargh!”
Dibo menggeliat
kesakitan.
Perutnya terasa seperti mau meledak.
Ia mengguling ke sana ke mari sambil mengerang.
Keesokan
paginya, suara tangisannya terdengar oleh Riri si tupai dan Momo si berang-berang.
Mereka segera datang ke rumah Dibo.
“Dibo! Kamu
kenapa?” tanya Riri cemas.
“Per... perutku sakit sekali!” rintih Dibo sambil memegangi perutnya.
Momo melihat
ke sekeliling lubang rumah Dibo, dan matanya membulat lebar.
“DIBO! Ini...
semua makanan dari gudang hutan?!”
Dibo tak bisa
menjawab, hanya menunduk menahan malu.
Teman-temannya pun memanggil dokter burung hantu.
Setelah
memeriksanya, burung hantu berkata,
“Kelinci kecil
ini terlalu banyak makan dan terlalu rakus. Ia bahkan mengambil makanan yang
bukan miliknya.”
Semua hewan
terdiam. Dibo menunduk dengan wajah memerah.
“Aku... aku
minta maaf. Aku janji tidak akan rakus lagi. Aku akan mengembalikan
semuanya...”
Sejak hari
itu, Dibo menjadi kelinci yang suka berbagi.
Ia membantu teman-temannya mengumpulkan makanan dan bahkan menaruh sebagian
simpanannya kembali ke gudang.
Semua hewan memaafkannya karena mereka tahu Dibo benar-benar menyesal.
Dan setiap
kali ia melihat wortel besar dan segar, ia selalu tersenyum dan berkata,
“Lebih enak
makan sedikit, asal hati tenang, daripada banyak tapi tak bisa tidur nyenyak.”
Posting Komentar untuk "DIBO, KELINCI RAKUS YANG TIDAK MAU BERBAGI"