Beberapa
bulan yang lalu, Naira pernah mencoba belajar naik sepeda. Namun baru beberapa
kayuhan, sepedanya oleng dan ia jatuh hingga lututnya berdarah. Sejak itu,
setiap kali melihat sepeda, Naira langsung merasa takut.
Suatu
hari, ayahnya berkata dengan lembut,
“Naira,
kalau kamu ingin bisa, kamu harus berani mencoba lagi. Jatuh itu tidak apa-apa,
asal kamu mau bangkit lagi.”
Kata-kata
ayah membuat Naira berpikir. Malam itu, ia menatap sepeda merahnya yang
terparkir di garasi. Dalam hati, ia berjanji, “Besok aku akan coba lagi. Aku
harus berani.”
Keesokan
harinya, Naira membawa sepedanya ke halaman rumah. Ayah dan ibunya menemani.
Awalnya, tangan Naira gemetar saat memegang setang sepeda. Tapi ayahnya terus
menyemangati,
“Pelan-pelan
saja, Ayah pegang dulu, ya.”
Dengan
hati-hati, Naira mengayuh pedal. Beberapa kali ia hampir jatuh, bahkan sempat
terjatuh lagi dan lututnya sedikit tergores. Air matanya menetes, tapi ia tidak
mau menyerah.
“Aku
harus bisa!” katanya sambil menghapus air mata.
Hari
demi hari Naira berlatih. Setiap kali jatuh, ia bangkit lagi. Hingga pada suatu
sore yang cerah, tanpa sadar ayahnya melepaskan tangannya. Naira terus
mengayuh… dan kali ini ia tidak jatuh!
“Aku bisa! Aku bisa naik sepeda!” teriaknya gembira.
Ayah
dan ibu bertepuk tangan bangga. Wajah Naira berseri-seri penuh kebahagiaan.
Rasa takut yang dulu besar kini telah berubah menjadi keberanian.
Sejak
hari itu, Naira tak lagi takut pada sepeda. Ia belajar bahwa keberanian bukan berarti tidak takut, tapi tetap berusaha meskipun takut.
Posting Komentar untuk "Naira Belajar Naik Sepeda"