Di sebuah rumah kecil di pinggiran kota Banjar yang teduh, tinggal seorang anak laki-laki bernama Rivan. Ia adalah anak yang ceria, namun sering kali tampak sendirian. Orang tuanya sibuk bekerja, jadi Rivan lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Tapi meski sendirian, Rivan tak pernah benar-benar merasa kesepian — karena ia punya seorang teman istimewa bernama Bimo.
Bimo
bukan teman biasa. Ia tak bisa dilihat oleh siapa pun selain Rivan. Wajahnya
lembut, selalu tersenyum, dengan rambut yang tampak berkilau ketika tertimpa
cahaya sore. Setiap hari mereka bermain bersama — berlari di halaman, membuat
istana dari bantal, dan bercerita hingga malam tiba.
Suatu
sore, ketika Rivan hampir tertabrak motor saat menyeberang jalan, Bimo
tiba-tiba menarik tangannya. Rivan terjatuh ke belakang, sementara motor itu
melintas cepat di depannya. Setelah itu, Bimo hanya tersenyum lembut dan
berkata,
“Aku
tidak akan pernah membiarkan sesuatu yang buruk terjadi padamu, Rivan.”
Sejak
hari itu, Rivan percaya Bimo adalah pelindungnya.
Namun
waktu berjalan. Suatu malam, Bimo tampak murung. Ia duduk di jendela, memandang
langit yang dipenuhi bintang.
“Rivan,”
katanya pelan, “besok aku harus pergi jauh.”
Rivan
langsung panik.
“Pergi?
Ke mana? Jangan pergi, Bimo! Aku nggak punya teman lain!”
Bimo
tersenyum, meski matanya tampak sedih.
“Teman
sejati nggak selalu bisa tinggal selamanya, Rivan. Tapi kenangan kita akan
tetap hidup di hatimu. Kau sudah kuat sekarang. Kau nggak butuh aku lagi.”
Rivan
menangis dan mencoba memeluknya, tapi tubuh Bimo perlahan mulai memudar,
seperti kabut yang ditiup angin.
“Terima
kasih sudah jadi sahabatku,” suara Bimo terdengar samar, “dan terima kasih
sudah percaya padaku.”
Keesokan
harinya, Bimo benar-benar hilang. Rivan mencari ke seluruh rumah, ke halaman,
ke tempat biasa mereka bermain — tapi Bimo tak ada. Hanya keheningan yang
tersisa.
Sejak
itu, Rivan sering duduk di jendela setiap sore, memandangi langit yang sama
seperti malam perpisahan itu.
“Aku
nggak akan lupa, Bimo,” bisiknya pelan. “Kau bukan cuma teman imajiner… kau
adalah sahabat sejati yang menyelamatkan hidupku.”
Dan
meski waktu terus berjalan, Rivan tumbuh besar, kenangan tentang Bimo tetap
tinggal — lembut, hangat, dan tak pernah pudar.
Posting Komentar untuk "Sahabat yang Tak Terlihat"