LEGENDA BIWAR, SANG PEMBUNUH NAGA (Cerita Rakyat Papua)

 

Dahulu, di sebuah desa yang ada di Mimika, Papua, tinggallah sepasang suami istri yang hidup rukun. Begitu juga saudara dan tetangga mereka. Semua suka bergotong royong saling membantu. Mereka kerap mencari sagu bersama yang merupakan makanan pokok penduduk di sana.

            Pada suatu hari para warga bergerak menuju ke hutan untuk memanen sagu karena persediaan sudah menipis. Tidak ketinggalan pula sepasang suami istri tersebut ikut bersama rombongan. Padahal sang istri sedang hamil muda. Mereka menaiki sepuluh perahu kecil menembus hutan melalui sungai besar yang dihuni oleh berbagai jenis hewan berbahaya seperti buaya dan ular besar.

            Di tengah perjalanan rombongan itu dihadang oleh naga raksasa yang tiba-tiba muncul dari dalam sungai lalu menghancurkan perahu dan membunuh semua penumpangnya kecuali wanita hamil yang berhasil menepi ke darat lalu lari ke dalam gua di tengah hutan.

            Selama berbulan-bulan, wanita tersebut bertahan hidup semampunya sampai melahirkan seorang bayi tampan yang diberi nama Biwar.  Bayi itu terus dirawat hingga tumbuh besar dan gagah. Ia juga diajari ilmu bela diri oleh sang ibu sehingga Biwar mampu bertarung menghadapi musuh sekuat apapun.

            “Ibu aku pergi berburu untuk makan kita hari ini. Persediaan kemarin sudah habis,”ucap Biwar meminta ijin pada ibunya yang sedang sibuk di dapur.

            “Ya, Nak. Tapi hati-hatilah di jalan. Dan ingat jauhilah sungai besar di tepi hutan. Jangan sekali-kali kau mencari ikan di sana. Berbahaya,”pesan Ibu tegas.

            Biwar lalu berangkat. Mulanya ia berniat berburu di dalam hutan. Namun tiba-tiba langkahnya malah berbelok ke arah sungai. Semakin dilarang, ia malah semakin penasaran dengan perkataan ibunya. Ia ingin tahu ada apa sebenarnya di sungai itu sehingga ia tidak diijinkan mencari ikan di sana.

            Ia lalu memancing ikan dan berhasil pulang membawa hasil yang melimpah. Ikan di sungai itu ternyata besar-besar. Ibunya terkejut melihat hasil tangkapannya. Ia menatap biwar dengan sorot mata amarah.

            “Kau pasti memancing di sungai itu, kan? Ketahuilah, Nak, kenapa ibumu sampai terdampar di hutan ini? Itu karena perbuatan naga raksasa penghuni sungai itu yang menyerang dan membunuh rombongan kami beberapa tahun silam. Semua mati kecuali ibu. Ayahmu juga terbunuh,”jelas ibu terpaksa memberitahu kejadian sebenarnya. Meski pahit tapi sudah saatnya Biwar mengetahuinya.

            Begitu mendengar kisah pilu itu. Amarah Biwar muncul seketika. Ia langsung berdiri dan menyiapkan senjata untuk membunuh naga raksasa penghuni sungai yang meresahkan warga. Sang ibu tidak bisa berbuat banyak. Ia hanya mendoakan yang terbaik untuk putranya agar bisa kembali dalam keadaan selamat.

            “Hai, naga raksasa, keluarlah kau dari sarangmu. Aku menantangmu bertarung,”teriak Biwar lantang setibanya di tepian sungai. Ia lalu mundur beberapa langkah ketika sosok yang diharapkannya tiba-tiba muncul dari dalam sungai. Naga raksasa yang sangat mengerikan. Namun Biwar tidak gentar. Ia lalu melancarkan serangan bertubi-tubi ke arah sang naga. Keduanya saling serang hingga Biwar terdesak ke sebuah tebing dimana ia telah menyiapkan sebuah batu raksasa di atas. Biwar lalu naik ke atas tebing dan menunggu sang naga naik. Ketika dirasa waktunya tepat, ia lalu mendorong batu raksasa tersebut hingga menghantam kepala sang naga  hingga hancur berkeping-keping. Naga itu mati lalu hanyut dibawa arus sungai yang deras.

            Ia lalu pulang dan bersama ibunya bisa kembali ke kampung halaman mereka yang telah bertahun-tahun ditinggalkan. Warga menyambutnya dengan penuh suka cita. Apalagi setelah mendengar berita bahwa naga raksasa penghuni sungai telah mati di tangan Biwar. Kini mereka bisa kembali mencari sagu dan berburu di hutan seperti dulu.

Posting Komentar untuk "LEGENDA BIWAR, SANG PEMBUNUH NAGA (Cerita Rakyat Papua)"